Jumat, 02 Agustus 2013

Menanti Kerjasama Total, Pertamina, Inpex di Blok Mahakam


Beberapa waktu lalu Jean-Marie Guillermou, Senior VP Asia-Pacific, Exploration & Production, Total, mengunjungi Indonesia. Bisa diduga salah satu agenda pembahasan adalah mengenai kontrak pengelolaan Blok Mahakam yang akan berakhir 2017.Hingga saat ini pemerintah belum membuat keputusan apakah diperpanjang atau tidak, atau memilih skema baru semacam joint-operator, yang melibatkan Total E&P Indonesia, Inpex asal Jepang dan Pertamina.

Tapi perlahan sudah mulai terlihat titik terang. Pemerintah tampaknya menyadari bahwa mengelola Blok Mahakam tidak sama seperti mengelola blok-blok minyak dan gas yang lain. Blok Mahakam memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi. Karena itu, operator perlu mengeluarkan investasi yang sangat besar tiap tahun dengan didukung oleh penerapan teknologi tinggi.

"Karena blok Mahakam menyangkut teknologi tinggi dan investai besar sehingga kita harus bisa kelola blok tersebut," kata Jero, seperti yang dikutip Antara. 

Seperti yang diberitakan oleh berbagai media online hari ini, Menteri ESDM Jero Wacik mengatakan bahwa kepentingan Indonesia perlu dipertimbangkan dalam mengelola Blok Mahakam. Namun, disisi lain, ia mengirim pesan bahwa pemerintah tidak ingin terjadi gangguan produksi pasca 2017.

Menteri Jero Wacik menegaskan bahwa jika kontrak Total E&P diperpanjang kembali untuk mengelola Blok Mahakam, ia menginginkan agar Pertamina mendapat peran dan kinerja di pengelolaan Blok Mahakam. Ia mengatakan selama 30 tahun, tidak ada perusahaan migas dalam negeri yang mampu mengelola Blok Mahakam.

"Kalau ini (Total E&P Indonesian) diperpanjang, perpanjangan ketiga harusnya Pertamina dan total bergandengan, namun pembahasan baru sampai disitu," ungkap Jero.

Pernyataan Menteri Jero ada benarnya. Pertamina sendiri tahun 1997, tidak berani untuk mengambil Blok Mahakam, sehingga saat itu, kontrak pengelolaan Blok Mahakam diperpanjang. Tampaknya, pemerintah ingin Pertamina terlibat dan berperan aktif dalam pengelolaan Blok Mahakam.

Kini ada peluang emas bagi Indonesia, khususnya bagi Pertamina, untuk melakukan transfer teknologi dalam pengelolaan Blok Mahakam. Disatu sisi, Total E&P Indonesie dan Inpex, tentu tak ingin pengembangan blok Mahakam ke depan terganggu. Produksi tetap harus berjalan dengan lancar. Dengan demikian, pekerja di Blok Mahakam, tidak perlu khawatir. 

Para mitra/rekanan Total E&P Indonesie di Blok Mahakam juga harusnya tidak perlu khawatir, bila Total-Inpex-Pertamina bekerjasama.

Blok Mahakam merupakan salah satu aset penting Indonesia. Saat ini blok tersebut memproduksi hampir 1/3 dari produksi gas alam nasional. Selama 40 tahun blok tersebut telah memberikan keuntungan bagi Indonesia dalam hal pendapatan (US$87 miliar) serta kontribusi pada pembangunan nasional. Saat ini sekitar 32% gas alam dari Blok Mahakam telah dialokasikan ke pasar domestik. Berbagai program CSR juga telah memberi manfaat pada peningkatan komunitas sekitar melalui program-program CSR.

Produksi terus dioptimalkan walau ada tekanan penurunan dengan tingkat investasi sekitar US$2.5-US$3 miliar per tahun (Rp25-30 trillion).

Menurut data yang diperoleh, Total dan INPEX telah merespons penurunan produksi pada blok Mahakam muali 2011 dengan meningkat upaya penurunan melalui penambahan rig dan penerapan teknologi tinggi khusus untuk penurunan produksi pada aset yang sudah tergolong tua seperti Blok Mahakam.

Saat ini, lebih dari 100 sumur dibor setiap tahun dan hampir 10,000 sumur intervensi dibuat untuk mempertahankan produksi. Proyek-proyek baru terus digenjot seperti pengembangan 6 anjungan baru (new platforms yang dipasang mulai kuartal ke-4 2012 hingga kuartal 1 2014, termasuk proyek South Mahakam, yang proyeknya selesai 2 bulan lebih awal.  (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar