Baru-baru ini kita dikejutkan dengan
dipecatnya tiga anggota partai Golongan Karya (Golkar) oleh ketuanya Aburizal
Bakrie atau yang akrab disapa dengan sebutan Ical ini. Sebenarnya Golkar memang
sudah mulai terpecah ketika Ical berkoalisi dengan tim Prabowo-Hatta sedangkan
pada saat yang sama Jusuf Kalla (JK) menjadi wakil Jokowi. Golkar “muda”
memilih untuk mendukung JK. Perpecahan sebenarnya sudah
mulai terlihat sesaat setelah pendeklarasian capres cawapres tempo hari.
Berikut ini adalah komentar-komentar
politisi Golkar menanggapi tindakan ketuanya yang seenak udelnya:
Andi Sinulingga |
Andi Sinulingga: “Ini bentuk otoritarisme
yang seharusnya tidak perlu ada di zaman demokrasi seperti ini. Itu melanggar
prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia. Apalagi dalam sistem politik kita partai
hanya merupakan syarat administrasi saja dalam pencalonan capres sebagaimana yg
di atur undang-undang. Lebih lagi pada orang-orang yang ada di sekeling ketua
umum yg telah memberikan masukan yang sangat tidak menguntungkan bagi keutuhan
partai Golkar ke depan.”
Indra J Piliang: “Abrizal Bakrie sudah
tidak taat pada ideologi partai yang nasionalis. Ical tidak lagi membawa nuansa
Golkar sebagai partai yang nasionalis, Pancasilais, menjunjung inklusivitas,
dan berdiri sebagai partai garis tengah. Golkar di kubu Prabowo Subianto-Hatta
Rajasa menjadi partai kanan sebagaimana partai koalisi lainnya. Pemecatan itu
sendiri apabila direfleksikan adalah sebuah reaksi atas sikap para kader yang
ternyata memberi pengaruh yang cukup besar pada tubuh Golkar.”
Poempida Hiyatulloh: “Tidak ada yang bisa
menggantikan kami mengawal kepentingan masyarakat di legislative. Sebelum ini
kami tidak pernah mengungkit kegagalan Ical sebagai ketua umum, tetapi kejadian
ini memaksa kami melakukan serangan balik.”
JK pun menantang Ical untuk memecat
dirinya! Beranikah Ical? JK adalah pemain lama di dunia politik. Kekuatan dan
massa JK sebagai pemain lama tentunya lebih kuat dibandingkan dengan kekuatan
dan massa Ical yang notabene-nya adalah orang kaya dadakan yang gabung politik.
Tren anggota “muda” yang memihak ke
Jokowi-JK sebenarnya tidak hanya terjadi di tubuh Golkar, namun juga terjadi di
tubuh Partai Amanat Nasional (PAN). Walau ketua PAN, Hatta Radjasa, adalah
wakil Prabowo, namun tidak sedikit anggota partai PAN khususnya yang muda
memilih untuk menyatakan diri mendukung Jokowi-JK.
Apakah PAN juga akan mengikuti jejak
blunder Golkar untuk memecat anggota partai yang tidak sejalan dengan ketua?
Kita nantikan saja!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar