Banjir Jakarta |
Lagi-lagi Jakarta tidak lolos dari banjir tahunan, setelah
12 bulan yang lalu sejak banjir besar menerjang Jakarta.
Ada lebih dari 49 titik lokasi banjir di Jakarta, dan
semakin bertambah. Bahkan, kali ini Istana Negara dan Museum Nasional pun
terkena imbasnya.
Dalam satu dekade ke belakang ini, banjir bagaikan sebuah
tradisi yang mau tidak mau, terima tidak terima melanda Jakarta setiap
tahunnya.
Ahok boleh saja berkata bahwa ia sudah bekerja sepenuh
tenaga untuk mengantisipasi banjir.
Tapi buktinya apa? Banjir tetap melanda meski seluruh sungai
telah dinormalisasi, saluran air dikeruk, sendimentasi diangkat dan pompa-pompa
raksasa beoperasi.
Ketika mengetahui bahwa kantornya di Balai Kota Jakarta juga
terendam bersama Istana, Ahok langsung meminta pertanggungjawaban atas gagalnya
misi mitigasi yang telah dirancang untuk menangkal banjir.
Seharusnya, kata Ahok, Jakarta, khususnya kawasan Istana
Negara, steril dari banjir karena Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah
melakukan berbagai upaya mitigasi bencana seperti memperbaiki saluran-saluran
air di Pluit, meningkatkan kapasitas pompa air Pasar Ikan, serta terus membuka
pintu air Istiqlal dan Manggarai agar banjir tidak menggenangi daerah tersebut.
Apa yang dikatakan Ahok sebagai kegagalan mitigasi ternyata
tidak seluruhnya tepat. Karena perlahan
saat banjir mulai meninggi dan para ahli mulai dikumpulkan, barulah diketahui,
bahwa sesungguhnya Ahok tidak akan mampu melawan kehendak alam atas banjir yang
merendam Jakarta dan Istana.
Banjir di Jakarta kali ini disebabkan oleh dua faktor alam
yang tak akan mungkin diredam. Yakni naiknya air laut ke darat dan curah hujan
yang terjadi dalam jumlah luar biasa.
Sementara Kepala Dinas Tata Air DKI Jakarta Agus Priyono membela
diri dengan menyatakan bahwa banjir kali ini bukan kiriman dari Bogor.
Melainkan air laut yang naik hingga ke darat.
Dia juga menjelaskan bahwa penyebab banjirnya di Istana
Negara akibat buangan air dari Jalan Abdul Muis yang tinggi, sehingga pompa air
di Istana tidak dapat menyurutkan genangan.
Pompa air yang telah dimaksimalkan fungsinya masih tidak
kuat menampung intensitas air yang semakin tinggi.
Apapun sebabnya, Jakarta lagi-lagi lumpuh karena kebanjiran!
Ahok pasti malu karena janjinya selama ini ternyata nihil. Ahok harus
mengevaluasi lagi mitigasi banjir di Jakarta yang selama ini sudah dicanangkan.
Semoga untuk kali berikutnya, tidak ada lagi cerita bahwa Jakarta kebanjiran!