parodi #TVOneMemangBeda |
Pemilihan presiden kali ini memang lain daripada yang lain.
Selain antusiasme para pemilih yang luar biasa, ada juga kisah lucu dan menarik
untuk disimak. Seperti yang kita ketahui, ada cukong-cukong media di kubu para
capres. Surya Paloh cukong Metro TV merangkap ketua Partai Nasional Demokrat
(Nasdem) yang termasuk koalisi Jokowi, Hary Tanoe cukong MNC group dari Partai
Hanura dan Aburizal Bakrie cukong TV One yang berada di koalisi Prabowo.
Selesai waktu pencoblosan, TV One menampilkan hasil quick
count kedua capres. Ketika media dan lembaga survey lainnya memenangkan Jokowi,
TV One menampilkan hasil quick count yang anti-mainstream, yakni memenangkan
Prabowo. Pada suatu titik bahkan TV One menampilkan hasil quick count yang
apabila dijumlah, hasilnya lebih dari 100%! Inilah sumber mengapa TV One
menjadi bahan olok-olok, terutama di media sosial Twitter.
"Jangan dikira kami tidak memperhatikan hal-hal itu,
seperti guyonan untuk TV One. Itu semua kami perhatikan dan menjadi bahan
evaluasi. Kalau memang secara internal ada yang salah, itu akan kami koreksi.
Di running text kalau ada yang salah, itu juga ada sanksinya," ujar
Sekretaris Perusahaan PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) yang membawahkan stasiun TV
One, Neil Tobing. "Seperti hari-hari ini, ketika media lain menayangkan
quick count, kami sudah menayangkan krisis di Gaza. Kami berusaha menyajikan
apa yang dibutuhkan pemirsa," tambahnya. Padahal, jangan-jangan TV One
sedang buah simalakama! Apabila menayangkan hasil quick count, berarti akan
memenangkan Jokowi, lebih baik tidak ditayangkan sekalian.
Buntut dari kejadian ini juga saham Viva News dan TV One
anjlok di bursa saham ketika IHSG semua saham beserta rupiah menguat. Indeks
tukar semua menguat karena pasar menganggap Jokowi lah pemenang pilpres kali
ini. Namun memang dasar TV One memang beda sesuai motonya, saham mereka yang
anjlok sendiri.
Selain itu, buntut lain dari insiden kecil ini adalah juga
diedarkannya petisi untuk mencabut hak penyiaran TV One kepada Kementerian
Komunikasi dan Informasi serta Komisi Penyiaran Indonesia. Pengisi petisi
berargumentasi bahwa TV One tidak layar siar karena TV One telah melakukan
pembohongan publik dan sangat parsial serta tidak independen. Memang TV One
sudah sangat parsial sejak jaman kampanye. TV One hanya menyiarkan
berita-berita baik tentang Prabowo, berita tentang Jokowi sangat jarang.
Kalaupun ada, itu pun pasti berita yang buruk. Hingga tulisan ini dibuat,
pengisi petisi telah menembus 10.000 orang.
Beberapa candaan dengan hashtag #TVOneMemangBeda di Twitter
adalah sebagai berikut ini:
- Status kamu masih jomblo? Coba cek di TV One
siapa tahu kamu sudah tidak jomblo lagi. #TVOneMemangBeda
- Jokowi Presiden RI, Prabowo Presiden TV One
#TVOneMemangBeda
- Brazil membantai Jerman 7-1 di Piala Dunia.
#TVOneMemangBeda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar