Tampilkan postingan dengan label Kalimantan Timur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kalimantan Timur. Tampilkan semua postingan

Kamis, 05 Maret 2015

Hiiii, Ternyata Banyak Buaya di Blok Mahakam!

buaya
Ada cerita unik namun keren yang datang dari Blok Mahakam. Jadi begini, Total E&P Indonesie baru saja selesai melakukan survei seismik 3 dimensi selama 18 bulan, di Lapangan Tunu, Blok Mahakam, Kalimantan Timur. Biaya yang harus dikeluarkan mencapai hingga US$ 80 juta atau sekitar Rp 960 miliar.

Seismik yang dilakukan sungguh tidak mudah. Karena lokasi-lokasi seismik tersebut ternyata berada di sarang buaya muara, yang ukurannya besar pula!

Vice President Geoscience & Reservoir Total E&P Indonesie, Noor Syarifuddin mengungkapkan bahwa seismik selama 18 bulan dilakukan sangat masif, dimulai dari April 2012 hingga Oktober 2014. Ini merupakan kegiatan survei terbesar yang pernah digelar oleh Total Group.

Kabar baiknya pula, angka kecelakaannya minim, sehingga mereka berhasil meraih penghargaan dari Total Group dengan kategori Total Recordable Injury Rate (TRIR), dan Lost Time Injury Rate (LTIR).

Namun ternyata ada satu insiden atau kecelakaan yang melibatkan pekerja dalam proses survei seismik tersebut. Sempat ada kejadian di mana ada pekerja yang diterkam buaya muara saat melakukan survei siesmik! Ketika peristiwa tersebut terjadi, pawang buaya yang disewa Total ikut menolong, namun alamak ternyata ikut terkena terkaman buaya juga!

Total menyadari bahwa lokasi seismik mereka memang beberapa tempat merupakan sarang-sarang buaya. Makanya mereka sudah ancang-ancang dengan menyewa pawang buaya. Total mengaku bahwa  sebenarnya mereka punya pilihan untuk menembak buaya-buaya tersebut, namun hal tersebut tidak mereka lakukan. Total menyadari bahwa mereka harus menjaga kelestarian alam juga.

Akibat dari insiden tersebut, dua pekerja Total harus mendapatkan perawatan medis, sebab pekerja yang diterkam buaya tergigit di bagian pahanya, dan harus mendapatkan beberapa jahitan.
Efek dari insiden ini memang sempat menyebabkan pekerja Total tidak mau balik bekerja lagi di lokasi seismik karena trauma, pekerja lainnya juga takut.

Maka Total pun harus memanggil pawang-pawang yang lebih banyak dan lebih senior. Namun untungnya kejadian tersebut adalah yang pertama dan terakhir. “Karena pawang-pawang ini terbukti ampuh juga menyuruh pergi buaya. Mereka seolah berbicara dengan buayanya, percaya tidak percaya sih," ujar Noor.


Yang bisa kita lihat juga dari cerita tersebut adalah bahwa perusahaan sekelas Total yang peduli lingkungan dalam aktivitasnya harus diapresiasi! Mereka bisa saja dengan mudah membunuh saja buaya-buaya tersebut, namun mereka tidak mengambil langkah yang jauh lebih mudah tersebut karena masih merasa bertanggungjawab terhadap lingkungan.

Rabu, 31 Juli 2013

Fakta Menarik tentang Blok Mahakam



Kontrak pengelolaan Blok Mahakam yang terletak di Kalimantan Timur, Indonesia, kian dekat, yakni akhir Maret 2017. Artinya, tinggal 3 tahun 8 bulan lagi hak pengelolaan Blok Mahakam oleh perusahaan migas Perancis, Total E&P Indonesia yang bermitra dengan Inpex asal Jepang akan berakhir. Keputusan dibuat detik-detik terakhir tentu tidak diharapkan apalagi horison investasi di sektor migas bersifat jangka panjang.

Menurut peraturan yang berlaku, operator mempunyai kesempatan untuk mengajukan perpanjangan 10 tahun sebelum kontrak berakhir. Cukup panjang waktu yang diberikan untuk mengajukan perpanjangan mengingat investasi untuk pengembangan sebuah lapangan minyak dan gas, termasuk pembangunan berbagai fasilitas produksi atau tambahan fasilitas produksi membutuhkan perencanaan jangka panjang dan ekspektasi return atau pengembalian investasi dengan rentang waktu yang panjang juga.

Idealnya, keputusan perpanjangan dilakukan 5 tahun sebelum kontrak berakhir sehingga operator sebuah blok migas dapat melakukan perencaan. Menarik untuk melihat kasus Blok Mahakam.

Hingga saat ini pemerintah belum membuat keputusan terkait kontrak pengelolaan blok tersebut. Apakah ini terkait dengan situasi politik di tanah air? Seperti yang kita ketahui tahun 2014, Indonesia akan mengadakan pemilihan umum, baik untuk pemilihan anggota Parlemen maupun Presiden dan Wakil Presiden. Tahun 2014 adalah tahun politik. Otomatis, seluruh energi dan perhatian seluruh masyarakat Indonesia tersedot agenda politik nasional tersebut.

Namun demikian, banyak agenda penting yang tidak terkait langsung dengan peristiwa politik,  perlu tetap dilakukan pemerintah. Salah satunya adalah keputusan kontrak pengelolaan (operatorship) Blok Mahakam. Seharusnya, keputusan tersebut steril dari tarik-menarik kepentingan politik atau kelompok-kelompok kepentingan.

Pemerintah, seperti yang sudah diberitakan di media masa, punya beberapa opsi, pertama, memperpanjang kontrak operator saat ini, kedua, tidak diperpanjang, dan ketiga, membuat skema baru dengan melibatkan operator yang saat ini dan pemain baru, dalam hal ini Pertamina.

Idealnya, keputusan perpanjangan operatorship Blok Mahakam telah dilakukan tahun 2012 lalu. Namun, hingga saat ini pemerintah belum membuat keputusan. Akibat dari penundaan keputusan itu, beberapa proyek besar dan investasi yang dilakukan operator ditahan dulu yang tentu akan berdampak pada penurunan produksi gas alam. Ujung-ujungnya pendapatan pemerintah berkurang.

Kedua, pekerja Total di Blok Mahakam kian resah dan galau menanti keputusan pemerintah. Ini terkait kepastian terhadap nasib mereka apalagi sebagian besar dari pekerja sudah bekerja belasan dan bahkan puluhan tahun di Blok Mahakam.

Seperti yang disampaikan oleh Vice President Human Resources, Vice President Human Resources, Communications and General Services Total E&P Indonesie, Arividya Noviyanto, jumlah pekerja Total di Blok Mahakam mencapai 3.700 tenaga kerja. Di luar itu ada 20 ribu pekerja tidak langsung yang berhubungan dengan kegiatan di Blok tersebut.

Serikat Pekerja Nasional Total E&P Indonesie (SPNTI) sudah meminta pemerintah untuk segera memutuskan nasib kontrak pengelolaan Blok Mahakam. SPNTI berharap pemerintah segera mengambil keputusan. Kalau tidak ada kepastian maka pekerja potensial akan memilih resign (mengundurkan diri) dan ini tentunya mempengaruhi target lifting.

Fakta

Blok Mahakam merupakan salah satu aset penting Indonesia. Saat ini memproduksi hampir 1/3 dari produksi gas alam nasional. Selama 40 tahun blok tersebut telah memberikan keuntungan bagi Indonesia dalam hal pendapatan (US$87 miliar) serta kontribusi pada pembangunan nasional. Saat ini sekitar 32% gas alam dari Blok Mahakam telah dialokasikan ke pasar domestik. Berbagai program CSR juga telah memberi manfaat pada peningkatan komunitas sekitar melalui program-program CSR.

Produksi terus dioptimalkan walau ada tekanan penurunan dengan tingkat investasi sekitar US$2.5-US$3 miliar per tahun (Rp25-30 trillion).

Menurut data yang diperoleh, Total dan INPEX telah merespons penurunan produksi pada blok Mahakam muali 2011 dengan meningkat upaya penurunan melalui penambahan rig dan penerapan teknologi tinggi khusus untuk penurunan produksi pada aset yang sudah tergolong tua seperti Blok Mahakam.

Saat ini, lebih dari 100 sumur dibor setiap tahun dan hampir 10,000 sumur intervensi dibuat untuk mempertahankan produksi. Proyek-proyek baru terus digenjot seperti pengembangan 6 anjungan baru (new platforms yang dipasang mulai kuartal ke-4 2012 hingga kuartal 1 2014, termasuk proyek South Mahakam, yang proyeknya selesai 2 bulan lebih awal. 

Dengan antisipasi yang dilakukan mulai 2011, produksi 2013 diperkirakan 7% lebih tinggi dari rencana (PoD) yang diajukan operator akhir 2012. Diperkirakan produksi Blok Mahakam 2013-2015 diperkirakan sekitar 1.6-1.7 Bcf/d.

Operator Blok Mahakam, Indonesia Petroleum Association (IPA), pekerja Total di Mahakam, maupun beberapa pengamat sudah mendesak pemerintah untuk segera membuat keputusan terkait kontrak Blok Mahakam.

Publik tentu berharap pemerintah akan segera membuat keputusan yang bijak, rasional dengan mempertimbangkan berbagai aspek termasuk risiko terhadap produksi gas alam pada Blok Mahakam. (*)