Rabu, 31 Juli 2013

Fakta Menarik tentang Blok Mahakam



Kontrak pengelolaan Blok Mahakam yang terletak di Kalimantan Timur, Indonesia, kian dekat, yakni akhir Maret 2017. Artinya, tinggal 3 tahun 8 bulan lagi hak pengelolaan Blok Mahakam oleh perusahaan migas Perancis, Total E&P Indonesia yang bermitra dengan Inpex asal Jepang akan berakhir. Keputusan dibuat detik-detik terakhir tentu tidak diharapkan apalagi horison investasi di sektor migas bersifat jangka panjang.

Menurut peraturan yang berlaku, operator mempunyai kesempatan untuk mengajukan perpanjangan 10 tahun sebelum kontrak berakhir. Cukup panjang waktu yang diberikan untuk mengajukan perpanjangan mengingat investasi untuk pengembangan sebuah lapangan minyak dan gas, termasuk pembangunan berbagai fasilitas produksi atau tambahan fasilitas produksi membutuhkan perencanaan jangka panjang dan ekspektasi return atau pengembalian investasi dengan rentang waktu yang panjang juga.

Idealnya, keputusan perpanjangan dilakukan 5 tahun sebelum kontrak berakhir sehingga operator sebuah blok migas dapat melakukan perencaan. Menarik untuk melihat kasus Blok Mahakam.

Hingga saat ini pemerintah belum membuat keputusan terkait kontrak pengelolaan blok tersebut. Apakah ini terkait dengan situasi politik di tanah air? Seperti yang kita ketahui tahun 2014, Indonesia akan mengadakan pemilihan umum, baik untuk pemilihan anggota Parlemen maupun Presiden dan Wakil Presiden. Tahun 2014 adalah tahun politik. Otomatis, seluruh energi dan perhatian seluruh masyarakat Indonesia tersedot agenda politik nasional tersebut.

Namun demikian, banyak agenda penting yang tidak terkait langsung dengan peristiwa politik,  perlu tetap dilakukan pemerintah. Salah satunya adalah keputusan kontrak pengelolaan (operatorship) Blok Mahakam. Seharusnya, keputusan tersebut steril dari tarik-menarik kepentingan politik atau kelompok-kelompok kepentingan.

Pemerintah, seperti yang sudah diberitakan di media masa, punya beberapa opsi, pertama, memperpanjang kontrak operator saat ini, kedua, tidak diperpanjang, dan ketiga, membuat skema baru dengan melibatkan operator yang saat ini dan pemain baru, dalam hal ini Pertamina.

Idealnya, keputusan perpanjangan operatorship Blok Mahakam telah dilakukan tahun 2012 lalu. Namun, hingga saat ini pemerintah belum membuat keputusan. Akibat dari penundaan keputusan itu, beberapa proyek besar dan investasi yang dilakukan operator ditahan dulu yang tentu akan berdampak pada penurunan produksi gas alam. Ujung-ujungnya pendapatan pemerintah berkurang.

Kedua, pekerja Total di Blok Mahakam kian resah dan galau menanti keputusan pemerintah. Ini terkait kepastian terhadap nasib mereka apalagi sebagian besar dari pekerja sudah bekerja belasan dan bahkan puluhan tahun di Blok Mahakam.

Seperti yang disampaikan oleh Vice President Human Resources, Vice President Human Resources, Communications and General Services Total E&P Indonesie, Arividya Noviyanto, jumlah pekerja Total di Blok Mahakam mencapai 3.700 tenaga kerja. Di luar itu ada 20 ribu pekerja tidak langsung yang berhubungan dengan kegiatan di Blok tersebut.

Serikat Pekerja Nasional Total E&P Indonesie (SPNTI) sudah meminta pemerintah untuk segera memutuskan nasib kontrak pengelolaan Blok Mahakam. SPNTI berharap pemerintah segera mengambil keputusan. Kalau tidak ada kepastian maka pekerja potensial akan memilih resign (mengundurkan diri) dan ini tentunya mempengaruhi target lifting.

Fakta

Blok Mahakam merupakan salah satu aset penting Indonesia. Saat ini memproduksi hampir 1/3 dari produksi gas alam nasional. Selama 40 tahun blok tersebut telah memberikan keuntungan bagi Indonesia dalam hal pendapatan (US$87 miliar) serta kontribusi pada pembangunan nasional. Saat ini sekitar 32% gas alam dari Blok Mahakam telah dialokasikan ke pasar domestik. Berbagai program CSR juga telah memberi manfaat pada peningkatan komunitas sekitar melalui program-program CSR.

Produksi terus dioptimalkan walau ada tekanan penurunan dengan tingkat investasi sekitar US$2.5-US$3 miliar per tahun (Rp25-30 trillion).

Menurut data yang diperoleh, Total dan INPEX telah merespons penurunan produksi pada blok Mahakam muali 2011 dengan meningkat upaya penurunan melalui penambahan rig dan penerapan teknologi tinggi khusus untuk penurunan produksi pada aset yang sudah tergolong tua seperti Blok Mahakam.

Saat ini, lebih dari 100 sumur dibor setiap tahun dan hampir 10,000 sumur intervensi dibuat untuk mempertahankan produksi. Proyek-proyek baru terus digenjot seperti pengembangan 6 anjungan baru (new platforms yang dipasang mulai kuartal ke-4 2012 hingga kuartal 1 2014, termasuk proyek South Mahakam, yang proyeknya selesai 2 bulan lebih awal. 

Dengan antisipasi yang dilakukan mulai 2011, produksi 2013 diperkirakan 7% lebih tinggi dari rencana (PoD) yang diajukan operator akhir 2012. Diperkirakan produksi Blok Mahakam 2013-2015 diperkirakan sekitar 1.6-1.7 Bcf/d.

Operator Blok Mahakam, Indonesia Petroleum Association (IPA), pekerja Total di Mahakam, maupun beberapa pengamat sudah mendesak pemerintah untuk segera membuat keputusan terkait kontrak Blok Mahakam.

Publik tentu berharap pemerintah akan segera membuat keputusan yang bijak, rasional dengan mempertimbangkan berbagai aspek termasuk risiko terhadap produksi gas alam pada Blok Mahakam. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar