Beberapa waktu lalu Jean-Marie Guillermou, Senior VP
Asia-Pacific, Exploration & Production, Total, mengunjungi Indonesia. Bisa
diduga salah satu agenda pembahasan adalah mengenai kontrak pengelolaan Blok
Mahakam yang akan berakhir 2017.Hingga saat ini pemerintah belum membuat
keputusan apakah diperpanjang atau tidak, atau memilih skema baru semacam
joint-operator, yang melibatkan Total E&P Indonesia, Inpex asal Jepang dan
Pertamina.
Tapi perlahan sudah mulai terlihat titik terang. Pemerintah tampaknya
menyadari bahwa mengelola Blok Mahakam tidak sama seperti mengelola blok-blok
minyak dan gas yang lain. Blok Mahakam memiliki tingkat kompleksitas yang
tinggi. Karena itu, operator perlu mengeluarkan investasi yang sangat besar
tiap tahun dengan didukung oleh penerapan teknologi tinggi.
"Karena blok Mahakam menyangkut teknologi tinggi dan investai besar
sehingga kita harus bisa kelola blok tersebut," kata Jero, seperti yang
dikutip Antara.
Seperti yang diberitakan oleh berbagai media online hari ini, Menteri
ESDM Jero Wacik mengatakan bahwa kepentingan Indonesia perlu dipertimbangkan
dalam mengelola Blok Mahakam. Namun, disisi lain, ia mengirim pesan bahwa
pemerintah tidak ingin terjadi gangguan produksi pasca 2017.
Menteri Jero Wacik menegaskan bahwa jika kontrak Total E&P
diperpanjang kembali untuk mengelola Blok Mahakam, ia menginginkan agar
Pertamina mendapat peran dan kinerja di pengelolaan Blok Mahakam. Ia mengatakan
selama 30 tahun, tidak ada perusahaan migas dalam negeri yang mampu mengelola
Blok Mahakam.
"Kalau ini (Total E&P Indonesian) diperpanjang, perpanjangan
ketiga harusnya Pertamina dan total bergandengan, namun pembahasan baru sampai
disitu," ungkap Jero.
Pernyataan Menteri Jero ada benarnya. Pertamina sendiri tahun 1997,
tidak berani untuk mengambil Blok Mahakam, sehingga saat itu, kontrak
pengelolaan Blok Mahakam diperpanjang. Tampaknya, pemerintah ingin Pertamina
terlibat dan berperan aktif dalam pengelolaan Blok Mahakam.
Kini ada peluang emas bagi Indonesia, khususnya bagi Pertamina, untuk
melakukan transfer teknologi dalam pengelolaan Blok Mahakam. Disatu sisi, Total
E&P Indonesie dan Inpex, tentu tak ingin pengembangan blok Mahakam ke depan
terganggu. Produksi tetap harus berjalan dengan lancar. Dengan demikian,
pekerja di Blok Mahakam, tidak perlu khawatir.
Para mitra/rekanan Total E&P Indonesie di Blok Mahakam juga harusnya
tidak perlu khawatir, bila Total-Inpex-Pertamina bekerjasama.
Blok Mahakam merupakan salah satu aset penting Indonesia. Saat ini blok
tersebut memproduksi hampir 1/3 dari produksi gas alam nasional. Selama 40
tahun blok tersebut telah memberikan keuntungan bagi Indonesia dalam hal
pendapatan (US$87 miliar) serta kontribusi pada pembangunan nasional. Saat ini
sekitar 32% gas alam dari Blok Mahakam telah dialokasikan ke pasar domestik. Berbagai
program CSR juga telah memberi manfaat pada peningkatan komunitas sekitar
melalui program-program CSR.
Produksi terus dioptimalkan walau ada tekanan penurunan dengan tingkat
investasi sekitar US$2.5-US$3 miliar per tahun (Rp25-30 trillion).
Menurut data yang diperoleh, Total dan INPEX telah merespons penurunan
produksi pada blok Mahakam muali 2011 dengan meningkat upaya penurunan melalui
penambahan rig dan penerapan teknologi tinggi khusus untuk penurunan produksi
pada aset yang sudah tergolong tua seperti Blok Mahakam.
Saat ini, lebih dari 100 sumur dibor setiap tahun dan hampir 10,000
sumur intervensi dibuat untuk mempertahankan produksi. Proyek-proyek baru terus
digenjot seperti pengembangan 6 anjungan baru (new platforms yang dipasang
mulai kuartal ke-4 2012 hingga kuartal 1 2014, termasuk proyek South Mahakam,
yang proyeknya selesai 2 bulan lebih awal. (*)