Bundaran HI |
Apa yang baru hari ini di kota Metropolitan
Jakarta? Demikian pertanyaan kolega saya dari Hong Kong lewat jalur skype pagi
ini.
Tanpa berpikir panjang saya langsung menjawab, ‘not much really’. As usual, jalanan
masih macet. Pada hari pertama bulan puasa kemarin, kemacetan sedikit berkurang. Mungkin ada
sebagian warga memilih cuti pada hari pertama puasa (dan hari kedua bagi
sebagian warga Muslim yang telah memasuki bulan puasa hari Selasa).
Menarik untuk mengamati prilaku para elit
politik, kata saya kepada kawan saya itu. Biasanya, periode fasting month ini terkadang digunakan untuk ber-bukber (buka
bersama) sambil bersilahturahmi. Saat-saat seperti ini dimanfaatkan untuk
bersilahturahmi dengan teman, kompetitor ataupun musuh.
Lihat saja dua raja media, ARB (Aburizal
Bakrie) sang pemilik Viva group dan Bakrie Group dan Surya Paloh (SP), sang empunya Metro TV.
Tiba-tiba keduanya terlihat mesra di hadapan wartawan kemarin. Keduanya,
terlihat akrab padahal hubungan keduanya sempat renggang sejak berkompetisi
merebut posisi Ketua Golkar beberapa tahun lalu. Kala itu, ARB keluar sebagai Ketua
Umum Golkar, partai besar peninggalan Orba (sempat mau dicabut dan dihapus dari muka bumi saat reformasi, tapi belakangan tetap rimbun).
SP kemudian tetap
menunjukkan eksistensinya dengan mendirikan sebuah organisasi masa
(Ormas) -- Nasional Demokrat. Banyak tokoh Golkar maupun non-Golkar yang sempat tersedot ke gerakan tersebut
karena misinya yang menarik -- mengedepankan gerakan perubahan.
Ya, siapa sih yang tidak ingin berubah. Semua orang
ingin berubah. Menuju ke sesuatu yang lebih baik tentunya. Nasdem juga demikian.
Dengan media yang dimilikinya, Metro TV, terkadang dijadikan corong oleh sang pemilik
untuk mendiseminasi informasi dan menggalang dukungan bagi gerakan tersebut.
Smart (or unsmart) move?
Smart (or unsmart) move?
Yang pasti, gerakan SP lewat Nasdem terus
bergulir. Namun, sebagian orang melihat gerakan masa tersebut
akan bermuara dan bermetamorfosis menjadi sebuah partai politik. Soal ini, tidak dibantah dan juga
tidak diiyakan oleh SP. Yang jelas, kemudian ARB mewanti-wanti dan memberikan
warning kepada para politisi Golkar -- pilih Nasdem or Golkar. Sebagian tokoh-tokoh
pendiri atau penggerak Nasdem melakukan gerakan ‘Muntaber’ – mundur tanpa
beritahu atau sebagian pamit baik-baik setelah membaca, mencium, ada motivasi
tersembunyi dibalik gerakan masa tersebut.
Ah, orang yang hijau dalam berpolitik saja
yang pura-pura bodoh, pura-pura tidak tahu. Apapun misi dan motivasinya, adalah
hak Mr. SP untuk melakukan sesuatu yang dijamin Undang-Undang. Hak setiap warga
pula untuk bergabung, mendukungmaupun memilih jalur Muntaber.
Apa yang terjadi kemudian telah menjadi
sejarah. Salah satu raja media ‘HT’ (Harry Tanoe), tiba-tiba membuat kejutan,
dengan menyatakan bergabung dengan Nasdem. Semua melihat, memantau dan
menganalisa dengan pisau analisis masing-masing. Apa yang terjadi bila dua
raksasa media bergabung? Yang pasti, lawan-lawan politik melakukan perhitungan.
Pemerintahan yang berkuasa (PD) melakukan perhitungan.
Yang menarik, langkah HT tersebut dilakukan
pada saat salah satu saudaranya tersandung kasus proyek IT di Kementerian Hukum
and Hak Asasai Manusia. HT pun menjadi saksi dalam kasus tersebut. Bukan tidak
mungkin statusnya meningkat jadi tersangka.
Tersangka? Hmm, menentukan status tersangka,
terdakwa tak semudah meng-update status di twitterland, facebook atau media
sosial lainnya. Sebagai lembaga yang tidak steril terhadap pengaruh kekuatan
eksternal, KPK, tidak semudah itu menetapkan status seseroang. Kalau pun status
telah dibuat, eksekusinya pun mengambang. Lihat saja, mantan Menteri Olah Raga
Andi Malarangeng (AM) atau Anas Urbaningrum (AU – Au ah gelap) sudah ditetapkan
tersangka tapi belum ditahan.
Kembali ke dua tokoh kita di atas tadi – SP dan
ARB. SP kemudian membuat partai sendiri Partai Nasdem dan ARB pemegang kendali
Golkar. HT? Setelah bergabung, mencoba membesarkan Nasdem lewat
jaringan-jaringan TV-nya, membangun jaringan partai hingga ke bawah. Nasdem pun
lolos jadi peserta Pemilu 2014. Lagi-lagi, kejutan terjadi. Setelah beredar ada
cracking internal di Nasdem lantaran ada matahari kembar. Keretakan internal itu berujung pada HTH – HT hengkang.
Dengan resources yang dimiliki HT digoda
berbagai partai untuk bergabung. Tapi, rupanya pilihan HT jatuh ke Hanura,
partai yang didirikan (retired general) Wiranto. Kenapa bukan Gerindra? Golkar?
PAN? Atau partai-partai lain? Hanya HT yang tahu. Adakah deal-deal politik
antara HT dan Hanura? Dalam berpolitik, there is no lunch. “Tidak mungkin tidak ada” kata seorang sahabat. Benar saja, Wiranto dan HT beberapa waktu lalu
mengumumkan menjadi pasangan calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden
(cawapres).
Langkah W-HT tersebut menyulut keresahan
internal di Hanura. Beberapa tokoh senior Hanura berkoar-koar di media, langkah W-HT
tidak sesuai aturan main partai, terlalu awal, langkah blunder, etc, etc.
Sebagian mendukung dan memuji, langkah bagus untuk ‘test the water’. Tidak
salah juga sih. Apakah pasangan W dan HT, merupakan pasangan ‘married made in
heaven?’ Hanya waktu yang akan memberi jawaban.
Itu perkembangan politik dari kacamata warga, kata saya kepada kolega saya tersebut.
Media-media jugahingga hari ini masih memberitakan soal harga-harga yang melambung pasca kenaikan harga BBM bersubsidi. Sebagian masyarakat terjepit karena harga-harga kebutuhan pokok naik saat kebutuhan dana meningkat bulan Juni-Juli untuk biaya pendidikan. Inilah ongkos sebuah keputusan yang terlambat dibuat. Lebih tepat keputusan kenaikan BBM dibuat awal tahun.
Media-media jugahingga hari ini masih memberitakan soal harga-harga yang melambung pasca kenaikan harga BBM bersubsidi. Sebagian masyarakat terjepit karena harga-harga kebutuhan pokok naik saat kebutuhan dana meningkat bulan Juni-Juli untuk biaya pendidikan. Inilah ongkos sebuah keputusan yang terlambat dibuat. Lebih tepat keputusan kenaikan BBM dibuat awal tahun.
Berita menarik lain, apalagi kalau bukan sang
media darling ‘Jokowi’, blusukan (kunjungan tanpa rencana dan bersifat mendadak)
tetap menarik perhatian media. Kemarin JoKoWi ber-blusukan ke Kemayoran dan
sorenya mengunjungi sebuah mesjid di kawasan Manggarai dan berbaur dengan
masyarakat saat buka puasa.
Ah setelah ngobrol tanpa batas waktu dan
ruang, saya dan kolega saya pun pamitan sambil mengucapakan ‘enjoy your day’
and ‘have a nice day’.
Selamat Pagi
Indonesia!!!