Pekerja Migas |
Dalam
perjalanan dari Bandung menuju Bogor beberapa waktu lalu saya secara tidak
sengaja bertemu dengan seorang pekerja di industri minyak dan gas. Sebut saja
namanya Damas (35 tahun), lulusan STM swasta di Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Walaupun lulusan STM,
ia telah malang melintang di berbagai perusahaan kontraktor minyak dan gas
besar baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Ia tak sungkan berbagai
pengalaman.
Ia
memiliki latar belakang teknik elektro. Selepas lulus STM ia bekerja di sebuah
perusahaan kontraktor migas ternama, Tripatra engineering. Saat itu ia terlibat
di berbagai projek minyak dan gas dalam negeri. Ia sempat mengenyam pengalaman
beberapa perusahaan kontraktor sebelum mengadu nasib di Angola, bekerja di
sebuah perusahaan minyak raksasa Perancis di Angola.
Ia
bercerita saat ini banyak tenaga kerja ahli Indonesia bekerja di berbagai
proyek migas di Angola. Menariknya, perusahaan-perusahaan migas besar menaruh
kepercayaan besar pada pekerja asal Indonesia. Beberapa perusahaan migas
internasional bahkan kini lebih memilih tenaga kerja ahli asal Indonesia
dibanding India. Salah satu alasannya adalah etos kerja pekerja Indonesia
disukai oleh perusahaan-perusahaan tersebut, disamping punya keahlian mumpuni
tentunya.
Ketika
ditanya mengapa banyak tenaga kerja migas asal Indonesia bekerja di
negara-negara seperti Angola, dengan jujur ia mengatakan alasan utama adalah
kompensasi dan pengalaman. Untuk keahlian dan posisi yang sama di Indonesia,
katakanlah, well supervisor atau reservoir engineer, dapat memperoleh
kompensasi atau gaji 7 kali lipat. Misalnya: di Indonesia dia mendapat US$6,000
per bulan, maka di sana ia akan mendapatUS$420,000 per bulan.
“Kita
kerja cukup 5 tahun disana, sama saja kita kerja 20-30 tahun disini,” ujarnya.
Tapi tentu saja ada plus-minusnya, misalnya harus tinggalkan keluarga untuk
periode yang cukup lama. Bisa juga pulang ke Indonesia beberapa kali dalam
setahun. Damas sempat bercerita, beberapa lalu ia sempat berlibur dan
menghabiskan waktu bersama keluarga dan membuka usaha, sekadar mengisi waktu.
Namun, setelah beberapa bulan, ia kembali ditawari oleh Tripatra Engineering
untuk bekerja di proyek Cepu.
Pekerja Migas di salah satu platform offshore |
Tentu
saja ini fenomena menarik dan menguntungkan bagi perkembangan industri minyak
dan gas Indonesia kedepan. Para pekerja migas ini tentu beberapa di antaranya
akan kembali ke Indonesia dan menyumbangkan keahlian mereka di berbagai proyek
migas di Tanah Air.
Industri
migas memang memiliki keunikan dan karakter tersendiri. Namun, secara umum
dapat kita lihat bahwa pasar tenaga kerja industri migas bersifat global,
lintas batas, spesifik dan terbuka. Artinya, siapa yang memiliki kompetensi dan
keahlian tertentu, ia punya peluang untuk bekerja dimana saja. Para pekerja
migas diperlakukan sama (equal treatment).
Bila tenaga kerja migas mencapai
sekitar 100,000 di luar negeri, tentu yang bekerja di industri minyak dan gas
di dalam negeri mencapai puluhan juta. Baik yang bekerja langsung di perusahaan
migas, maupun di industri penunjang migas seperti kontraktor, supplier, dan
sebagainya Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik memperkirakan, tahun ini akan
terjadi penambahan tenaga kerja sektor hulu minyak dan gas bumi (migas)
nasional hingga 6.700 orang.
Besarnya
perkiraan jumlah penambahan tenaga kerja nasional sektor hulu migas ini,
didasarkan pada persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran (Work Program and
Budget/WP&B) 2013 Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) migas dengan
anggaran belanja mencapai US$ 26,2 miliar.
Angka
ini tampaknya merupakan perkiraan kasar, karena bisa jadi ribuan orang yang
bekerja di perusahaan-perusahaan yang tidak terlibat secara langsung, misalnya
mereka yang bekerja di industri-industri terkait industri migas seperti
industri yang memproduksi pipa dan baja. Mereka menyuplai produk mereka ke
industri migas. Perusahaan Guna Nusa, misalnya, mempekerjakan ribuan orang
untuk memproduksi anjungan minyak lepas pantai (oil and gas platform) untuk
kebutuhan produksi migas Blok Mahakam,
yang dioperasikan oleh perusahaan migas raksasa Perancis Total E&P
Indonesia.
Perusahaan-perusahaan
kontraktor seperti Tripatra, Rekind, McDermott, dan PAL, mempekerjakan ribuan
tenaga kerja di berbagai proyek migas onshore maupun offshore.
Permintaan Tenaga ahli migas dari Indonesia tinggi |
Belum
lagi proyek pengembagnan Blok Masela. Seiring berjalannya waktu, puluhan ribu
tenaga kerja baru akan dipekerjakan di proyek lepas pantai tersebut, baik pada
masa persiapan, konstruksi maupun ketika proyek tersebut telah beroperasi.
Proyek-proyek migas besar biasanya mempekerjakan puluhan ribu orang. Di Blok
Mahakam, sebagai contoh, sektiar 3,000 orang yang terlibat langsung atau yang
dipekerjakan oleh Total E&P Indonesie. Tapi juga ada 22,000 orang yang
pekerja yang terlibat secara tidak langsung. Kehadiran sebuah proyek migas
tentu saja akan menciptakan trickle down effect bagi daerah sekitar proyek
migas.
Patut
dibanggakan berbagai posisi puncak di perusahaan-perusahaan migas besar sudah ditempati
oleh putra-putri bangsa Indonesia. Kita berharap semakin berkembangnya industri
migas di Tanah Air, semakin banyak lapangan kerja yang tercipta. Kita tidak
persoalkan asal-muasal perusahaan tersebut. Tolok ukurnya adalah kontribusi
bagi Kepentingan Bangsa atau Nasional, entah itu perusahaan lokal, nasional
atau asing. Semakin banyak perusahaan migas yang beroperasi, semakin baik bagi
negara. (*)