Sebuah Fasilitas Produksi Blok Mahakam |
Hanya
selang beberapa hari setelah Akil Mochtar (AM), ketua Mahkamah Konstitusi (MK), ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Presiden Republik Indonesia Bambang Susilo Yudhoyono (SBY) langsung mengadakan
rapat dengan pimpinan lembaga tinggi negara. Rapat itu dilakukan
untuk menyelamatkan wibawa MK, yang runtuh dalam
sekejab setelah AM kedapatan menerima suap dari pihak yang berpekara untuk
mempengaruhi sebuah keputusan. Sebuah tindakan fatal dan memancing amarah publik.
Rapat lembaga-lembaga tinggi negara tersebut menghasilkan sebuah keputusan penting. Bahwa, pemerintah akan mengajukan Peraturan Pengganti Undang (Perpu) ke DPR. Salah satu poin penting dari Perpu soal MK tersebut adalah untuk mengatur mekanisme pengawasan dan perekrutan hakim MK. Kekuasaan para hakim MK sejauh ini memang tidak terbatas. Lebih dari itu, tidak ada yang mengawasi sehingga rentan penyalahgunaan. Komisi Yudisial tidak punya hak untuk mengawasi hakim MK. Sistem perekrutan juga dianggap sebagai salah satu penyebab.
Rapat lembaga-lembaga tinggi negara tersebut menghasilkan sebuah keputusan penting. Bahwa, pemerintah akan mengajukan Peraturan Pengganti Undang (Perpu) ke DPR. Salah satu poin penting dari Perpu soal MK tersebut adalah untuk mengatur mekanisme pengawasan dan perekrutan hakim MK. Kekuasaan para hakim MK sejauh ini memang tidak terbatas. Lebih dari itu, tidak ada yang mengawasi sehingga rentan penyalahgunaan. Komisi Yudisial tidak punya hak untuk mengawasi hakim MK. Sistem perekrutan juga dianggap sebagai salah satu penyebab.
Pada
titik ini, kita salut pada pemerintah untuk segera
mengambil langkah cepat untuk menyelamatkan Mahkamah Konstitusi. Upaya tersebut penting
mengingat lembaga ini merupakan salah satu pilar demokrasi dan merupakan amanat
reformasi.
Pemerintah,
khususnya Presiden SBY, memang harus sigap dalam mengambil keputusan. Seorang
pemimpin harus tegas dan berani dalam mengambil keputusan. Berani tidak
berarti grasa-grusu. Risiko tetap diperhitungkan.
Kasus BBM Bersubsidi
Apa yang terjadi bila seorang pemimpin lamban mengambil keputusan? Risiko dan ongkosnya menjadi lebih mahal. Lihat saja, ketika pemerintah lamban mengambil keputusan menaikkan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi beberapa bulan lalu. Akibat kelambanan pemerintah dalam mengambil keputusan, biaya subsidi terus meningkat sementara harga-harga barang meningkat, bahkan jauh sebelum keputusan diambil. Timing keputusan pemerintah dalam membuat kenaikan harga BBM dinilai tidak tepat karena bersamaan dengan meningkatnya belanja rumah tangga untuk pendidikan serta meningkatnya pengeluaran jelang hari Raya Idul Fitri.
Apa yang terjadi bila seorang pemimpin lamban mengambil keputusan? Risiko dan ongkosnya menjadi lebih mahal. Lihat saja, ketika pemerintah lamban mengambil keputusan menaikkan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi beberapa bulan lalu. Akibat kelambanan pemerintah dalam mengambil keputusan, biaya subsidi terus meningkat sementara harga-harga barang meningkat, bahkan jauh sebelum keputusan diambil. Timing keputusan pemerintah dalam membuat kenaikan harga BBM dinilai tidak tepat karena bersamaan dengan meningkatnya belanja rumah tangga untuk pendidikan serta meningkatnya pengeluaran jelang hari Raya Idul Fitri.
Publik
dan dunia usaha mendampakan seorang pemimpin yang tegas, tidak ragu-ragu dan
bimbang dalam mengambil keputusan. Salah satu kritikan yang dialamatkan ke
pemerintah dan Presiden SBY secara khusus adalah kelambanan dalam mengambil
keputusan. Pihak istana pernah berdalil bahwa Presiden SBY memang sangat
hati-hati dalam mengambil keputusan dan mempertimbangkan semua risiko. Sehingga,
terkesan lamban.
Mempertimbangkan
semua aspek dan risiko memang perlu. Tapi hal itu tidak boleh mengorbankan
waktu. Penting juga untuk mempertimbangkan ketepatan waktu (timing) dalam
mengambil sebuah keputusan. Kalau sebuah keputusan ditunda-tuda, justru biaya dan
risiko juga meningkat seperti contoh kenaikan harga BBM diatas tadi.
Kontrak Blok Mahakam
Salah
satu contoh keputusan yang mendesak dan saat ini dinanti-nantikan oleh berbagai
pihak adalah terkait hak pengelolaan blok Mahakam, yang akan berakhir tahun
2017. Idealnya, sebuah kontrak perpanjangan atau tidak atas sebuah blok Migas
dilakukan paling lambat 5 tahun sebelum kontrak berakhir. Dengan demikian,
operator dapat melakukan perencanaan dengan matang, rencana investasi bila
diperpanjang atau exit strategy bila
memang tidak diperpanjang. Hal ini penting mengingat rencana investasi sebuah
proyek minyak dan gas bersifat jangka panjang. Sebuah proyek investasi yang sedang
dilakukan saat ini, misalnya, biasanya sudah direncanakan 4-5 lima tahun
sebelumnya.
Saat
ini, operator Blok Mahakam sedang menantikan keputusan pemerintah apakah
memperpanjang, tidak diperpanjang atau membuat skema baru semacam joint-operation yang melibatkan operator
lama dan operator baru. Opsi ketiga ini yang kelihatannya bakal diambil
pemerintah untuk menjamin transisi yang smooth
dan memastikan operasional blok tersebut tidak terganggu dan tetap berjalan. Namun,
detail skema-nya belum jelas.
Mengingat
investasi sebuah proyek migas bersifat jangka panjang, maka keputusan terkait
hak pengelolaan Blok Mahakam tidak ditunda-tunda terus. Idealnya, keputusan
dilakukan tahun ini, karena bila ditunda ke tahun 2014, maka bisa jadi tidak
akan ada keputusan karena pemerintah sudah akan sibuk dengan Pemilihan Umum.
Bila ini yang terjadi, maka akan sangat berisiko karena operator Blok tersebut bisa
saja menghentikan sementara rencana investasi kedepan sambil menunggu keputusan
pemerintah, terutama investasi atau proyek yang akan berakhir melebih batas
akhir kontrak, yakni 2017.
Penundaan keputusan akan berdampak pada kesinambungan produksi Blok Mahakam. Sebuah proyek gas alam, bila dihentikan akan membutuhkan waktu dan ongkos yang mahal lagi untuk membuat produksi kembali berjalan.
Penundaan keputusan akan berdampak pada kesinambungan produksi Blok Mahakam. Sebuah proyek gas alam, bila dihentikan akan membutuhkan waktu dan ongkos yang mahal lagi untuk membuat produksi kembali berjalan.
Juru bicara Total E&P Indonesie Kristanto Hartadi 4
Oktober lalu telah mengatakan bahwa operator blok Mahakam telah menganggarkan
Rp73 triliun (US$7.3 miliar) untuk pengembangan Blok Mahakam pasca 2017. Namun,
operator blok tersebut kemungkinan menahan sementara rencana
investasi untuk mengembangan blok Mahakam sebelum pemerintah mengambil keputusan.
Beberapa rencana proyek pengembangan dalam
beberapa tahun kedepan terancam dihentikan akibat tidak adanya kepastian
terkait kontrak pasca 2017. Ini menunjukkan penundaan sebuah keputusan berdampak pada
meningkatnya risiko kesimbungan produksi Blok Mahakam. Karena itu, masuk akal
bila operator blok tersebut berharap pemerintah dapat mengambil keputusan
segera dan tidak ditunda-tudan. Setiap keputusan memang berisiko apalagi bila
pemerintah mengambil keputusan yang berani dan tidak populis. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar