Setelah beberapa minggu melobi
sana-sini, pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden mulai terang benderang.
PDIP sebagai pemenang dengan jumlah suara terbanyak serta partai-partai yang
telah bergabung, Nasdem, PKB dan Hanura tadi malam (18 Mei) telah sepakat untuk
mengusung Joko Widodo dan Jusuf Kalla (JK) sementara Gerindra yang berada di
posisi ke-3 dalam Pemilihan Legislatif lalu dan partai pendukungnya PKS dan PPP
hampir pasti akan mengusung Prabowo Subianto (PS) sebagai Calon presiden dan
Hatta Rajasa sebagai calon Wakil Presiden.
Ditengah derasnya kritikan
terhadap Prabowo terkait dugaan keterlibatannya terhadap kasus penculikan dan
pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) jelang krisis moneter dan politik
1997-1998, Prabowo maju dan melobi berbagai partai untuk mengusungnya sebagai
Calon Presiden. Dari berbagai partai yang dilobi, hanya PKS yang nyaris
tenggelam akibat kasus korupsi sapi impor yang melibatkan mantan presiden PKS
Luthfie Hasan, Partai Amanat Nasional (PAN) serta PPP yang sudah secara terbuka
mendukung pencapresan Prabowo. PPP pun pada akhirnya tidak punya pilihan
kecuali mendukung Prabowo setelah sempat terjadi pertarungan internal, termasuk
saling memecat antara pimpinan partai.
ARB-SBY?? |
Lalu bagaimana dengan nasib
pemenang konvensi Partai Demokrat? Itu ibarat berlomba untuk menjadi juara,
tapi hadiah yang dijanjikan tidak diberikan. Itulah politik. Terkadang dan
lebih sering terjadi rencana tidak berjalan sesuai rencana. Pemenang Konvensi
Partai Demokrat dijanjikan akan diberikan ‘boarding pass’ untuk menjadi Capres
Partai Demokrat tapi boarding pass itu tak dapat diberikan oleh Partai Demokrat
karena partai tersebut gagal dalam Pileg 9 April lalu. Partai ini (PD) hanya
memperoleh suara sekitar 10 persen, sehingga tidak dapat mengusung Capres
sendiri. PD membutuhkan partai-partai lain agar bisa memenuhi persyaratan 20%
suara agar dapat mengusung Capres sendiri. Sebelumnya PD sempat diisukan bakal
bergabung dengan Golkar atau sebaliknya, tapi hingga hari ini tidak terjadi
atau belum terjadi. Salah satu skenario yang mungkin terjadi PD dan Golkar
hanya sebagai penonton saja dalm Pilpres nanti. TRAGIS MEMANG, bila itu terjadi!.
Partai pemenang Pemilihan Presiden dua kali (2004 dan 2009) gagal mengajukan
Capres.
Lain lagi kisah ARB, seorang
tokoh partai dan pemilik Bakrie Group, ini tampak kebingungan, antara
Mencapreskan diri sendiri, bergabung dengan PD, Prabowo atau Jokowi. ARB sempat
terbang ke Bojongkoneng, ‘istana’ Prabowo dengan helicopter, sehingga sempat
memunculkan isu koalisi helicopter. Tapi akhirnya, tidak terjadi deal apa-apa.
ARB juga sempat bertemu Jokowi dan Megawati Soekarnoputri. Entah apa yang
dibahas atau proposal yang diajukan ARB, tidak jelas. Sempat muncul berita
bahwa ARB mungkin menjadi calon Wakil Presiden Jokowi, tapi tidak terjadi.
Rapat Pimpinan Nasional
(Rampimnas) Golkar hanya mengkonfirmasi ARB sebagai Capres atau Cawapres, tidak
ada figur baru yang dimunculkan secara formal oleh partai Golkar. Kemungkinan
terburuk, Golkar bakal hanya menjadi penonton saja dalam Pilpres 9 Juli nanti.
Namun, politik bisa berubah dalam
hitungan detik. Bisa saja ARB atau partai Demokrat membuat keputusan last
miniture, dengan membuat poros baru. Masih tersisa sedikit waktu. Kemungkinan
lain, Golkar merapat ke PDIP tanpa menuntut kursi Cawapres, hanya sebagai
partai pendukung. PD, bila melihat pernyataan ketua partai PD Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY), bisa jadi PD akan menjadi dirinya sendiri, dalam arti berada
di luar pemerintahan, dan menjadi partai diluar pemerintah atau semacam partai
oposisi.
Akan halnya Jokowi dan Jusuf
Kalla, tentu ini telah melalui proses pembahasan internal PDIP serta diskusi
dengan mitra PDIP, yakni Nasdem, PKB dan Hanura. Sebelumnya ada lima nama yang
dimunculkan, kemudian menyusut menjadi 2 orang (yakni Jusuf Kalla dan Abraham
Samad), tapi pada akhirnya JK yang diputuskan menjadi pendamping Jokowi. JK
dianggap layak mendampingi Jokowi karena keduanya dapat saling melengkapi. Jokowi
dan Jusuf Kalla merupakan paduan antara sosok populer di mata rakyat dan sosok
yang berpengalaman dan tokoh lintas partai, lintas agama, lintas suku, dengan
jangkauan internasional tentu memberikan nilai plus pada pasangan ini. Publik
Indonesia tahu keberhasilan SBY pada masa pemerintahan 2004-2009, tak terlepas
dari kontribusi JK, yang tegas, cepat bertindak dan sosok yang result-oriented. Walaupun usia JK sudah
tidak muda lagi, namun ia masih aktif seperti yang ia tunjukkan saat menjadi
ketua PMI.
JK juga merupakan sosok yang
masih dikagumi di internal Golkar, dan bisa jadi bila Jokowi-JK menang Pemilu, bisa
jadi fraksi-fraksi internal Golkar akan mendorong pergantian ketua Golkar dan
memilih sosok yang akan mendukung JK, sama seperti skenario 2004 lalu. Golkar
akhirnya merapat ke partai pemenang pemilu.
Saat ini masyarakat Indonesia menatap
Pilpres 9 Juli nanti. Masyarakat kini menanti visi, misi dan program-program
konkrit yang akan ditawarkan oleh masing-masing pasangan Capres-Cawapres.
Masyarakat merindukan perubahan. Masyarakat kini tidak lagi membutuhkan
pemimpin yang authoritarian, rejim militer atau penguasa yang otoriter, tapi
sosok pemimpin yang fresh, yang mendambakan pemimpin yang melayani rakyatknya, memberi
yang terbaik bagi rakyatknya, seorang pemimpin yang dapat mengayomi masyarakat
Indonesia yang majemuk dari Sabang sampai Merauke, sosok pemimpin yang bukan
pendendam, sosok pemimpin yang tidak emosional, sosok pemimpin yang lebih
banyak bertindak dengan karya nyata, bukan dengan slogan-slogan yang sekadar
menjual tapi sulit dan tidak mungkin diterapkan.
Kita berharap Pemilihan Presiden
akan berjalan lancar, tidak terjadi gontok-gontokan di lapangan, bebas
kerususuhan, bebas dari saling caci-maki, saling menjatuhkan melalui black
campaign. Kampanye negatif mungkin sah-sah saja, tapi black campaign yang tidak
berdasarkan fakta, melakukan pembohongan publik tidak sehat bagi kemajuan
demokrasi kedepan. Pihak-pihak yang melancarkan black campaign bakal menjadi
bumerang bagi sang calon. Lebih baik para Capres dan Cawapres fokus pada diri
sendiri dan fokus pada apa yang mereka bisa tawarkan bagi kemajuan Indonesia
kedepan, bukan fokus pada apa yang dilakukan lawan politik. Semoga!!