krisis listrik |
Ya krisis BBM, ya krisis minyak, ya krisis listrik.
Tampaknya Indonesia memang sedang mengalami krisis energi. Untungnya Deputi Tim
Transisi Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) Hasto Kristiyanto
sudah berhasil mengidentifikasi penyebab krisis, setidaknya perihal krisis
listrik.
Adanya masalah serius terhadap ancaman krisis listrik dalam
lima tahun mendatang, yang diakibatkan cadangan kapasitas kritis yaitu berkisar
hanya 14%-26%. Angka tersebut ada di bawah dari cadangan aman minimal sebesar
30%.
Padahal untuk mendukung pertumbuhan ekonomi 7% yang
dicanangkan Pemerintahan Jokowi-JK, diperlukan tambahan pasokan listrik 34.000
MW sampai tahun 2019. Untuk itu kebutuhan investasi diperkirakan mencapai USD
87 miliar.
Untuk itu, peran IPP swasta akan dimaksimalkan. Namun tetap
dituntut untuk menjamin keandalan pasokan yang sekarang masih rendah yaitu
50%-60%. Penerapan performance base regulatory di sektor kelistrikan menjadi
parameter kunci perbaikan.
Menurut temuan Pokja Energi, akar masalah krisis listrik
saat ini ada beberapa hal. Yaitu di antaranya adalah adanya keterlambatan
pembangunan pembangkit dan transmisi dalam lima tahun terakhir, permasalahan
tarif pembangkit listrik geothermal, persoalan pembebasan lahan, hak guna lahan
kehutanan dan jalur transmisi, serta kemampuan keuangan PLN lemah.
"Ratusan izin prinsip pembangkit mikrohidro berhenti.
Rasio elektrifikasi saat ini masih berkisar 80% tidak mampu menyokong
pertumbuhan ekonomi," tuturnya.
Hasto menjelaskan bahwa pemanfaatan ketersediaan aneka
energi lokal akan dioptimalisasikan untuk ke depannya. Hal tersebut penting
karena ketersediaan listrik merupakan syarat mutlak untuk kemajuan daerah.
Sedangkan perihal restrukturisasi PLN, akan mengarah pada
otonomisasi organisasi PLN di wilayah dalam rangka mewujudkan efisiensi
organisasi. Sehingga ke depannya persoalan listrik yang asimetris antar wilayah
di Indonesia tidak harus diputuskan terpusat di kantor Pusat PLN di Trunojoyo.
"Keterlibatan Pemerintah Daerah dalam mengatasi krisis
listrik harus dioptimalkan sebagai bentuk tanggungj awab pemerintahan
bersama," pungkasnya.
Selain itu, Pokja Energi juga mendorong agar industri padat
energi harus menempati kawasan industri di daerah lumbung energi. Contohnya
seperti di Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Kalimantan. Wilayah tersebut akan
didorong sekali untuk mengembangkan aneka energi terbarukan.
Selain berbagai hal tersebut, pemerintahan Jokowi-JK juga
akan menyiasati krisis listrik dengan menjadikan batu bara sebagai andalan
utama yang diolah sebagai salah satu sumber energi primer murah.
"Kita tidak ingin mengulangi kesalahan masa lalu
sebagai pengekspor minyak, namun sekarang sebagai net importer. Maka ekspor
batu bara akan dikurangi dan domestic market obligation akan diperbesar," ujar
Hasto.
"PLTU batu bara dibangun untuk memanfaatkan batu bara
kalori rendah sehingga menggerakkan perekonomian daerah dan pemerataan
pembangunan," tuturnya.
Kita sih cuma bisa berharap agar benar langkah-langkah
tersebut diterapkan dan berhasil. Percuma juga kalau kemudian diterapkan namun
meleset juga hasilnya. Yah kok bisa ya Indonesia yang kaya sumber daya alam
begini malah jadi kena krisis berbagai macam. Terbukti bahwa ini semua terjadi
karena salah kelola dan sistem yang korup.