Gerakan Reformasi 1997-1998 telah membawa perubahan, baik politik,
sosial maupun ekonomi. Tapi gerakan reformasi ibarat membuka pintu. Perubahan
harus terus berjalan. Bila arus perubahan berjalan ke luar rel, maka harus
dikembalikan relnya.
Di tengah arus perubahan tersebut, Indonesia membutuhkan
aktor-aktor perubahan. Siapakah aktor-aktor perubahan tersebut? Anda dan saya.
Catatan Ahok, Wakil Gubernur DKI berikut ini, barangkali patut untuk
direnungkan. Saat ini Wagub yang satu ini, bersama sang gubernur femonenal Joko
Widodo (Jokowi) terus menarik perhatian lantara gebrakan-gebrakan yang mereka
lakukan.
Ahok dan Jokowi adalah contoh pemimpin yang berkarakter. Mereka
agen perubahan walau ditentang dari mana-mana. Jokowi yang asli Solo ini,
dengan gaya khasnya berupaya untuk mengubah wajah Jakarta yang carut marut.
Karakter Ahok sebagai seorang pemimpin berkarakter, bernyali dan bermental baja, tercermin dalam
suratnya, yang dimuat dalam buku Surat dari & untuk Pemimpin yang
diterbitkan Tempo Institute dalam rangkaian program "Menjadi Indonesia". Buku ini memuat 95 surat dari para tokoh yang mewarnai wajah Indonesia masa
kini:
"Ayo Berpolitik"
Anak muda harus berani berpolitik. Lebih jelasnya, generasi muda harus berani menjadi politisi. Politisi seperti apa? Politisi yang jujur, bersih, dan melayani. Politisi yang berjuang untuk Keadilan Sosial bukan untuk kekuasaan dan kekayaan.
Ada banyak orang yang tidak suka berpolitik tapi suka mengkritisi dari luar. Harus diingat bahwa di Negara yang sedang mencari jati diri dan berkembang seperti Indonesia politik adalah pilar utama perubahan. Oleh karena itu, kita harus sadar bahwa berpolitik itu adalah suatu keharusan.
Mengkritisi dari luar sangat baik, tetapi masuk dan berjuang di dalam sangatlah penting dan krusial bahkan sudah menjadi keharusan. Hari ini kita tahu ada bahwa pada umumnya politisi yang seharusnya menjadi pelayan sudah “budek”(tuli). Mereka bukannya tidak tahu soal kesusahan rakyat tetapi TIDAK PEDULI UNTUK TAHU.
Maka sudah saatnya kita yang tidak nyaman dan marah akan situasi
ini masuk dan melawan. Juga ada banyak orang yang sudah berpikir untuk
berpolitik bahkan sudah masuk di dalam. Sayangnya kebanyakan dari mereka hanyut
terbawa arus budaya politik. Untuk itu kita memerlukan orang-orang yang punya
nurani untuk masuk berpolitik di dalam.
Memang betul politik Indonesia hari ini hanya semata-mata untuk kekuasaan dan bukan untuk rakyat. Ini karena orang yang punya nurani dan keberanian di dalam sangatlah sedikit. Jadi politik Indonesia butuh generasi muda yang punya nurani dan berani mempertahankan nuraninya apapun harganya.
Memang betul politik Indonesia hari ini hanya semata-mata untuk kekuasaan dan bukan untuk rakyat. Ini karena orang yang punya nurani dan keberanian di dalam sangatlah sedikit. Jadi politik Indonesia butuh generasi muda yang punya nurani dan berani mempertahankan nuraninya apapun harganya.
Bagi saya pilihannya sangat sederhana. Masa depan Negara ini dan
nasib ratusan juta rakyatnya ada di tangan anda-anda semua. Jika teman-teman
generasi muda tidak berani dan tidak bersedia berpolitik; tidak berani dan
tidak bersedia mempertahankan nurani dan kejujuran apapun harganya, maka mimpi
tentang Indonesia yang ada dalam visi para pendiri Negara ini hanya akan jadi
mimpi belaka.
Sebaliknya jika teman-teman berani mengambil langkah radikal,
berani berpolitik dengan nurani dan kejujuran, maka Indonesia ke depan akan
menjadi bangsa yang besar dan disegani dengan rakyatnya yang makmur dan
sejahtera. Berpolitik dengan nurani dan kejujuran tentunya susah-susah gampang.
Akan ada banyak godaan, tantangan, dan ancaman. Tetapi suara nurani adalah
modal utama dan sulit digoyah. Pilihan ada di tangan anda. Semoga anda memilih
dengan bijaksana. Tuhan memberkati.
Jakarta, 17 November 2012
Basuki Tjahaja Purnama (AHOK)