Kenaikan BBM Subsidi |
Sebentar lagi kita akan sampai ke penghujung Oktober namun
kepastian akan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi yang akan
dijadwalkan untuk naik pada bulan November belum ada. Baik rakyat, dunia usaha,
maupun para investor sangat menunggu-nunggu sekali kabar tersebut.
Kalangan pengusaha sudah sejak awal menyatakan bahwa mereka
akan mendukung langkah pemerintahan baru pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi)
untuk menaikkan harga BBM subsidi tersebut. Kenaikan harga diperkirakan bisa
berkisar Rp 2.000-Rp 3.000/liter. Bahkan pengusaha ingin kenaikan dilakukan
secepatnya
"Saya sampaikan lebih cepat lebih baik. Kalau
menunggu-nunggu orang akan berspekulasi macam-macam, sehingga barang sudah kita
naikkan juga biar tidak rugi kan?" ungkap Sofjan.
Dukungan tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Asosiasi
Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi. Pengusaha yang tergabung dalam
Apindo mendukung rencana kenaikan harga BBM subsidi ini. Subsidi BBM yang
nilainya sudah mencapai hingga Rp 1 triliun per hari dinilai sangat tinggi.
"Kami toleransi kenaikan sampai Rp 2.000 atau Rp 3.000
pasti bisa. Kami sudah hitung itu karena sudah dari 3 tahun ketidakpastian.
(Jadi dengan kenaikan itu) memberi ketenangan pada kami dan pengeluaran kami
memperbaiki diri lagi," ujar Sofjan.
Lebih baik, ujar Sofjan, anggaran subsidi BBM ini dialihkan
untuk infrastruktur, seperti pembangunan jalan, pelabuhan, dan lainnya.
Infrastruktur yang buruk otomatis menyebabkan ongkos logistik di Indonesia
mahal, dan berpengaruh kepada tingginya harga barang.
Subsidi BBM juga membuat konsumsi menjadi tinggi, sehingga
kebutuhan BBM harus dipenuhi melalui impor. Sedangkan efek dari impor BBM yang
tinggi membuat anggaran perdagangan defisit dan akhirnya rupiah melemah.
"Pengusaha juga harus bayar bunga tinggi. Ini makin membuat
ketidakpastian. Pemerintah harus perbaiki anggaran, bangun infrastruktur,"
keluh Sofjan.
Sedangkan untuk masyarakat miskin, menurut Sofjan mereka
bisa diberikan tambahan uang seperti yang selama ini dilakukan melalui Bantuan
Langsung Tunai (BLT). Meskipun pemerintah sekarang berinisiatif untuk
menggantinya dengan Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar.
"Rakyat bisa diberi dengan tambahan uang itu. Dia beli
barang kita dan kita untung lagi. Kita palingan susahnya 6 bulan," pungkas
Sofjan.
Dia juga sebagai wakil dari kalangan pengusaha berani
menjamin bahwa tidak akan ada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan kenaikan
harga BBM subsidi ini. Walaupun ongkos transportasi yang memang menjadi beban
pengusaha pasti jadi besar.
"Tapi (ongkos transportasi) efeknya tidak banyak,
paling 1-2%," tutur Sofjan.
Ya memang sebaiknya BBM segera dinaikkan karena toh sudah ditunggu-tunggu oleh banyak pihak. Kepastian tersebut tentunya juga akan sangat dinantikan oleh kalangan pengusaha serta para investor. Iklim investasi niscaya akan membaik pasca kenaikan BBM nanti.