Jokowi |
Meski Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai
partai pengusung Presiden RI terpilih, Joko Widodo (Jokowi) pernah menolak
kenaikan BBM ketika Presiden SBY hendak menaikan BBM tahun lalu, namun Jokowi
tidak mau ambil pusing.
Jokowi telah memastikan akan menaikkan harga BBM bersubsidi
setelah nanti resmi dilantik menjadi Presiden RI pada 20 Oktober mendatang.
Kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut akan berkisar antara Rp 500 sampai Rp
3000.
Kenaikan harga BBM tersebut memang sudah direncanakannya
setelah memenangi Pilpres 2014 lalu. Hal tersebut dilakukannya lkarenaantaran
separuh dari anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selama ini dialokasikan
untuk membeli BBM bersubsidi yang tidak tepat sasaran. Sebab, mayoritas
penikmat subsidi justru dari masyarakat kalangan ekonomi menengah ke atas.
Ia mengatakan bahwa ia melakukan hal tersebut untuk menekan
difisit anggaran negara tahun 2015. "Kan bolak-balik saya sampaikan, bahwa
untuk menekan defisit negara di 2015 itu memang jalan satu-satunya disitu.
Harus ngerti dong, subsidi BBM gede banget lho. (Anggaran negara) tahun ini
400-an. Subsidi 433 untuk tahun depan,” ujarnya.
"Setelah saya dilantik baru kenaikan itu akan
dilakukan. Ini merupakan hak prerogratif kepala negara. Hampir setengah dari
anggaran APBN kita hilang, dan programnya tidak tepat sasaran. Sudah ada
pembicaraan dengan tim dan beberapa menteri terkait formasi kenaikan BBM,"
ungkapnya.
Menurutnya, kebijakan yang dianggap tidak populer itu pasti
mengandung pro dan kontra. "Ya pasti adalah, kebijakan yang enggak populer
itu ada yang pro ada yang kontra. Pasti ada alasannya kenapa saya ingin naikan
BBM. Biar jangan boros uang negara yang digunakan. Sudah cukup banyak negara
dirugikan karena programnya tidak tepat sasaran. Dialihkan BBM yang bersubsi
untuk kenikmatan-kenikmatan, ke hal-hal yang produktif. Toh ini harus
dipecahkan agar semua sejahtera. Makanya saya yakin masyarakat akan mengerti
kenapa harus dinaikan BBM," jelas Jokowi.
Lebih jauh lagi dia menjelaskan bahwa apabila kebijakan
kenaikan BBM itu harus dilakukannya, namun tidak serta merta merugikan rakyat.
Karena masih ada opsi-opsi yang masih di kalkulasi oleh dirinya.
"Tapi saya enggak mau bicara sekarang yang jelas ada
opsi-opsi atau pilihan-pilihan yang harus Kita kalkulasi, atau kita hitung.
Jadi buat saya, misalnya itu kita putuskan tidak populer itu risiko (menaikan
BBM)," pungkasnya.
Ia menambahkan dana sebanyak itu bisa dialokasikan untuk
yang lebih tepat sasaran. Misalnya, bidang pertanian, peternakan, dan
perikanan, serta usaha kecil menengah. Hal itu akan dilakukan supaya bisa
mengembalikan kondisi Indonesia yang dulu dikenal dengan negara agraris, serta
demi meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin ditanah air yang semakin hari
terus bertambah.